Pagi itu, pagi yang cerah. Tiap detik dan menit rasanya tak terasa.
Juga, tak ada yang menyangka apa yang akan terjadi pada hari yang
secerah ini? Entalah…
Tak terasa sekitar 7 bulan ini Deidara terbaring lemah di rumah sakit
karena penyakitnya tak kunjung sembuh dari bulan-bulan yang lalu. Ia
hanya bisa pasrah dalam hidupnya, bahkan ia menganggap dirinya ini sudah
tak berguna, tak berarti sama sekali bagi siapapun yang ia anggap
berarti baginya. Itu pun hidupnya mungkin tak lama lagi.
“hh~” lagi lagi ia hanya dapat menghela nafas. Ya, hanya bisa
menghela nafas sambil terbaring di kasur ini. Mata Zircon mengkilatnya
menatap awan biru cerah dari balik jendela kaca, angin menghampirinya
membuat helaian pirang bagian poni nya berderai mengikuti gerakan angin.
Membelai wajahnya dengan lembut, ini… desiran angin itu bagai berbisik
padanya ini yang di ucapkan angin angin itu pada ku
“jangan biarkan waktu yang tersisa ini, kau buang sia sia”
Tentu Deidara tidak ingin membuang waktunya, tapi penyakit ini yang menghalanginya untuk melakukan segala yang ia inginkan.
Deidara sangat ingin kembali pulang, pulang melihat rumahnya,
membantu Okaa nya memasak, berteman, jajan sepuasnya dan sebagainya.
persis seperti sebelum ia dilarikan ke rumah sakit dulu. Dokter pun tak
tau penyakit apa yang mengidap di tubuh Deidara dulu sampai saat ini.
Dulu ia punya impian menjadi seorang pelukis yang handal dan terbaik
yang pernah ada, tapi sekarag ia berubah haluan. Impiannya kini ‘ingin
kembali pulang’ ke rumahnya. tak penting baginya impiannya dulu itu,
karena ia berpikir impian lamanya itu kalah dibanding ia bisa bebas,
pulang ke rumah, jalan jalan dan beraktivitas menyenangkan lainnya
“aku… ingin pulang, piyo~” gumamnya.
Krieeet- pintu kamarnya terbuka, datanglah sosok Ibu yang nampak senang ketika melihat Deidara baik baik saja.
Shion, Ibu Deidara menghampiri putra kesayangannya itu sambil tersenyum
“Dei-chan. Bagaimana hari mu sayang? Kau baik? Tak apa apa kan?” sederet
pertanyaannya meluncur, tanpa memperhatikan raut wajah Deidara yang
sedang bermimpi tentang keinginannya untuk pulang.
“ya, aku baik, pyo. Sebaiknya Okaa-chan tak perlu cemas, pyo”
Shion terkekeh “tentu Okaa-chan mencemaskan mu. Kau kan satu-satunya
yang Okaa-chan punya, karena lelaki brengsek itu meninggalkan kita,
hingga tinggal kita berdua” di akhir kalimatnya nampak nada Shion ingin
marah, bukan pada Deidara. Tapi pada lelaki yang telah meninggalkannya
bersama Deidara.
“khihihi” Deidara hanya dapat tertawa kecil saat Okaa nya mencak mencak sendiri.
-kriiiet- pintu kembali terbuka, terlihat pemuda tampan idola para
gadis di Senior High School masuk dengan tergesa gesa, terlihat saja
dari baju seragamnya yang sudah tak rapi lagi
Terlihat lega wajahnya ketika sesudah melihat kondisi pemuda blonde “a!
Maaf Dei, aku telat ya?” ujarnya sembari menumpukan tangannya di
pinggiran ranjang.
“kheheh, aku baik baik saja, pyo~”
“kau suka sekali membuat ku cemas”
“tak hanya kau Sasori-kun, aku juga selalu di buatnya cemas” sahut Okaa-chan.
Sasori pun mengacak rambut blonde itu dengan gemas “jangan di ulang lagi ya!”
“um” Deidara mengangguk
“oh, ya. Kenapa kau meneleponku? Tadi saat kau telepon aku sedang di
perjalanan” kata Sasori menjelaskan, takut ada kesalah pahaman.
Senyum manis terbentuk di bibir pemuda manis itu “aku mengerti, pyo~. Aku yang salah, selalu merepotkan mu, pyo~”
“tak masalah” jawab Sasori ikut tersenyum
karena takut merusak suasana di antara dua pasang remaja ini, Shion
ingin beranjak pergi “karena sudah ada Sasori-kun, Okaa-chan pergi dulu
ya?”
“e’eh! Okaa-chan jangan pulang dulu, ada yang aku inginkan dan semuanya tergantung dari Okaa-chan”
Shion kembali duduk, Sasori masih tetap berada di samping tempat tidur pemuda honey blonde itu.
“mm… Okaa-chan, pyo~ aku…”
“hm?”
“aku… aku ingin jalan jalan, pyo~”
[keinginan pertama, aku ingin Jalan jalan, pyo~. Tentunya dengan orang yang kusukai. Sayangnya aku...]
Pernyataan itu membuat Shion tersentak “apa?! Jalan jalan? Tidak,
tidak Deidara, Okaa-chan melarang mu.” Lalu berdiri menghampiri putra
semata wayangnya itu.
Deidara menggenggam tangan Sasori yang tadi bertumpu pada ranjangnya “ku
mohon Okaa-chan, aku sangat ingin jalan jalan, pyo~ apa lagi sudah 7
bulan disini. Mencium bau obat obatan yang tak menyenangkan, berbaring
menatap langit langit putih, pyo~. Itu sangat tidak menyenangkan,
Okaa-chan. Tidak menyenangkan!”
Untuk yang pertama kalinya Deidara membentak Okaa-chan nya, wajah Shion
pun berubah ia terlihat termenung dengan ucapan ucapan Deidara, ia
akhirnya sadar bahwa anaknya tersiksa, bosan, dan tak betah. Ia baru
menyadari itu setelah Deidara bicara panjang lebar.
“Okaa-chan tau.”
“ya, Okaa-chan tau. Tapi kenapa sekarang Okaa-chan tidak mengijinkan ku? Pyo~”
“itu karena Okaa-chan tidak mau kehilangan mu!” sahut Shion setetes air mata nampak ingin jatuh.
“percuma! Lama kelamaan pun… aku akan pergi juga, pyo~. Bukankah aku
telah di vonis hanya hidup sekitar 2 atau 3 bulan saja? Pyo~”
Sasori dan Shion tersentak mendengarnya. Sebuah kejutan yang benar benar mengejutkan, sayangnya kejutan yang menyedihkan.
“apa itu benar?!” Sasori langsung bertanya pada Deidara dengan wajah hampir pucat.
“tentu! Aku tau itu, aku mendengarnya saat Okaa-chan di beri tahu oleh
Dokter Itachi, pyo. Mereka kira aku tidur, tapi aku sebenarnya aku tidak
tidur. Setiap malam aku selalu menangis, sendiri, pyo” begitu miris
mendengarnya.
Saat itu juga Shion mengalirkan bulir bulir air mata yang di tahannya
“untuk itu lah, untuk itulah Okaa-chan menggunakan waktu untuk mu sebaik
baiknya. Supaya Okaa-chan bisa bersama mu, tak apa sebentar,
setidaknya—”
“Okaa-chan, tidakkah itu egois? Pyo~”
Wanita paruh baya itu berhenti mengusap air matanya, ia tertegun,
begitupun sosok pemuda baby face. Ia juga tertegun saat mengetahui
penderitaan orang yang dikasihinya. Dikiranya enak diam, baringan dan
hanya dilayani, ternyata saat mengetahui nya, itu sangat menyiksa.
“…” Shion terlihat berpikir
Sasori pun akhirnya tau siapa yang patut di bela “Shion-san, aku juga memohon.”
Shion menjatuhkan dirinya ke kursi dengan wajah berkecamuk
Deidara pun prihatin, apa ia terlalu kasar? Pikirnya “maaf kan aku
Okaa-chan, tak sepantasnya aku bicara kasar begitu, pyo~” sesal nya.
Tiba tiba Okaa-chan tersenyum menatap Deidara “tidak apa apa. Kau benar
Okaa-chan memang egois, pantas lelaki itu meninggalkan ku”
Lagi lagi lelaki itu, Deidara mencoba untuk duduk dengan bantuan Sasori
“Okaa-chan, bukannya sudah berjanji untuk tidak mengingat lelaki itu,
pyo~ sebenarnya bukan Okaa-chan yang egois, tetapi lelaki itu lah yang
bodoh, sudah meninggalkan Okaa-chan terbaik yang pernah ada. Huh, betapa
bodohnya lelaki itu.”
- Sasori POV [ON]
Deidara mencoba untuk duduk dengan bantuan ku lalu ia bicara pada
Okaa-channya “Okaa-chan, bukannya sudah berjanji untuk tidak mengingat
lelaki itu, pyo~ sebenarnya bukan Okaa-chan yang egois, tetapi lelaki
itu lah yang bodoh, sudah meninggalkan Okaa-chan terbaik yang pernah
ada. Huh, betapa bodohnya lelaki itu.”
Selagi ia menyelesaikan masalahnya pada Okaa nya. aku teringat Okaa dan
Otou–san ku. Kenangan yang begitu pahit. Aku sangat mengerti mengapa
Shion-san melarangnya untuk jalan jalan, tentu saja untuk kebaikan
Deidara juga. Sayangnya orang seperti Deidara belum mengerti perasaan
orang tuanya. Aku ingin membela Shion-san. Tapi begitu mendengar
berbagai penderitaan yang tadi dilontarkan Deidara membuatku sadar,
bahwa disini ia yang paling menderita. Dan itulah yang membuatku ikut
membela nya.
Seandainya ia diperbolehkan untuk jalan jalan, aku yang bersedia menjadi
pelindungnya. Apapun yang terjadi, aku akan jadi tameng pelindung
untuknya dan untuk Okaa nya yang telah mempercayaiku untuk menjaganya.
-Sasori POV [OFF]
“Okaa-chan akan memperbolehkan mu” itulah keputusan yang diambil oleh Shion-san.
“benarkah? Pyo~” raut wajah Deidara bercahaya.
Okaa nya mengangguk “tapi sebelumnya, periksa dulu kesehatan mu”
“um” Deidara mengangguk sebagai jawaban
“biar aku yang memanggil dokternya” Sasori melepas pelan genggamannya, tapi dicegah tangan Deidara.
“disini saja, pyo~” pintanya seperti anak TK.
“aku sebentar saja, ya? Aku kembali lagi kok” ujar Sasori meyakinkan Deidara.
“bagaimana kalau Okaa saja?” tawar Okaa-chan.
“tidak, anda sebaiknya tunggu disini bersama Dei-chan saja, biar aku
yang memanggil Dokternya.” Lalu setelah berhasil melepas genggaman
Deidara, Sasori pergi sedikit berlari keluar. Baju seragamnya berkibar
kibar, dasinya pun kendor, rambut acak acakan. Sungguh seorang idola
yang benar benar idola.
“selain keren, Sasori-kun juga baik hati. Seseorang yang sangat ku
restui jika menjadi menantu ku” Shion, sedikitnya menggoda Deidara.
Yah, begitulah kalau mempunyai seorang Okaa yang muda, umur Shion masih
23 tahun. Suka menggoda anaknya layak seorang anak itu adalah temannya.
“Okaa-chan! Pyo~” pekik Dei sembari menutup wajahnya dengan selimut sampai sebatas hidung.
- Sasori POV [ON]
Aku berlari mencari Dokter, entah kenapa aku pun bersemangat mendengar
Deidara diperbolehkan jalan jalan, setidaknya aku bisa berdua dengannya
sejak terakhir kalinya di sekolah ia mengajak aku makan bareng
dilanjutkan dengan keliling sekolah, hingga rela bolos karena ia ingin
mampir ke acara pameran seni.
Ya ampun, pakaian seragam sekolah ku sudah berantakan, dasi kendor,
rambut acak acakan, apa aku terlihat jelek di mata Orang tua Deidara
yang ku cintai? Hah! Pasti jelek, aku memang tak bisa berpakaian rapi.
Tapi nanti ku pastikan saat masuk lagi baju ku akan rapi.
Entah apa perjalanan kali ini sama atau berbeda denga Deidara 7 bulan lalu? Aku tetap menerimanya setidaknya ada sesuatu…
Oh, itu dia Dokternya, begitu aku menemui Dokter dan langsung membawanya ketempat Deidara berada.
“Deidara baik baik saja. Tapi, Sasori kun pastikan ia jangan banyak
bergerak, jalan kaki itu pun bisa membuatnya lelah” ujar Dokter
menasehati.
Sasori dan Deidara mengangguk mengerti. Dengan begitu mereka pun memulai jalan jalan
“Dei, Okaa-chan harap kau baik di jalan, jangan merepotkan, dan kalau
kata Sasori-kun tidak boleh, ya tidak boleh” pesan Shion pada mereka
sebelum mereka pergi.
“merepotkan pun, tak apa apa” ujar Sasori jujur.
“ah, kau memang baik Sasori kun” puji Shion “nah, kalian boleh pergi kok, hati hati ya!”
“ya! Pyo~” sahut Dei semangat dan langsung berlari menjauh dari taman
rumah sakit menuju luar. karena khawatir, Sasori pun menyusulnya pula.
Shion hanya menghela nafas maklum “Kami-sama. Semoga mereka baik baik saja.”
- Deidara POV [ON]
Oh, Kami sama! Aku berterima kasih pada mu! Pyo~ Teriak ku. Lalu ku dengar ada yang mengejarku, siapa?
“Dei!, Jangan lari lari! Nanti kau cepat lelah!” teriaknya sembari mendekati ku.
Hihi~ entah kenapa aku tertawa kecil melihat Sasori begitu. Setelah ia
sudah ada di samping ku, aku pun menggenggam tangannya untuk jalan
bersama.
Baru saja aku berbalik, terlihat sebuah kedai Ice Cream, dan itu
menggodaku untuk menikmatinya. Lagipula aku kangen rasanya, bayangkan 7
bulan hanya makan infus, tidak enak tau! Pyo~.
“Sasori danna stupid, bodoh no baka! Pyo~ aku mau makan es krim. Boleh
ya? Pyo~” pinta ku padanya. Mengingat keputusan untuk sekarang
tergantung dari Sasori.
[keinginan kedua, aku ingin makan Ice Cream rasa kesukaan ku, Pisang. Juga melihatnya menikmati Ice Cream Mint kesukaanya. Pyo~]
Tentu sudah tau jawaban Sasori “tidak boleh, nanti kau sakit lagi. Jangan membuat orang khawatir dengan kesehatan mu!”
Setelah aku membujuknya berpuluh puluh kali, akhirnya Sasori danna memperbolehkan juga, meski kulihat ia berat hati. Pyo~.
- Deidara POV [OFF]
Kini mereka berdua sudah masuk dalam kedai itu, lalu Sasori bertanya “kau mau rasa apa?”
Deidara terlihat berpikir sejenak “rasa Sasori ada? Pyo~”
“mana ada, baka!” Sasori menjitak pelan kepala honey blonde itu.
“khehehe… bercanda pyo~. Aku mau rasa—”
“pisang kan?”
“tidak! Aku sudah pindah rasa, suka rasa Jeruk! Pyo~”
Sasori memutar bola matanya, memang sulit. Deidara ini tak mau kalah.
“che?”
“ia, entah kenapa aku jadi suka jeruk, pyo~. Kalau Sasori no danna? Pyo~?”
“…Mi—”
“Mint kan? Pyo~”
“tidak, aku sudah pindah rasa, jadi suka rasa Deidara”
“chee?! Mana ada, baka! Pyo~” Deidara menjitak balas Sasori
Lalu Sasori tertewa kecil berhasil membuat Deidara kesal, sama seperti ia kesal di buat Deidara sendiri.
“pesan apa ya?” sang waitress mengganggu suasana
“Pisang, pyo~!” Deidara sangat antusias.
“bohong, dia pesan rasa jeruk!” ujar Sasori membuat sang waitress mengganti catatannya. Dan membuat Deidara kesal.
“kalau anda?”
“Mint”
“tidak! Dia bohong, tadi dia mau pesan rasa Deidara, pyo~”
Dengan bodohnya juga sang waitress mengubah pesanan Sasori menjadi Ice
Cream rasa Deidara. Yang notebane tak ada, kecuali langsung ke orangnya.
Ehmm~ jadi ke ‘M’ nih. Gak deh, masih ‘T’.
“Mint! Aku tak pernah pesan es krim rasa Deidara” sanggah Sasori.
“Pisang! Aku juga tak pernah memesan es krim rasa Jeruk, pyo~”
“baiklah, saya sudah pusing, jadi pesanannya akan datang sekarang juga” tanpa basa basi Waitress itu pergi menjauh
“oh, ya. Traktir ya? Pyo~” wajah Deidara nampak memelas
Sigh “ya ya ya ya ya”
Jawaban yang mantab, Deidara nyegir dengan lebarnya.
Dan mereka memakan es krim rasa kesukaan masing masing di pagi menjelang siang itu.
“puas?” tanya Sasori pada Deidara di sampingnya saat ini.
“iya Danna, pyo~” jawab Deidara senang.
“sekarang kita kemana?”
“jalan kesana! Sepertinya mengasikan, pyo~” lagi lagi Deidara berlari tak sabaran.
Sasori pun secepatnya mengejar dan langsung menggaet jemari Deidara “jalan harus bareng aku, biar tidak celaka!”
Ia kalau didengar, ini diabaikan oleh Deidara begitu saja dia langsung menarik Sasori menuju tempat selanjutnya
“pyo~ pyo~. Sasori no danna stupid bodoh no baka~ ku mohon mau ya? Pyo~”
“tidak kalau panggilan itu” ucap Sasori
Lalu Deidara membenahi panggilannya untuk sang danna “um… Sasori no
danna, ku mohon ya? Pyo~” nadanya begitu lembut dan menggoda. Hingga
akhirnya Sasori luluh padanya.
[keinginan ketiga, mm apa ya? Ah, ya aku ingin naik sepeda dibonceng
olehnya, sekalian memeluknya juga, karena saat biasa begini, aku malu
untuk memeluknya. Pyo~. Kalau di sepeda kan meski erat erat, ia tak akan
curuga kalau aku... ah, aku malu, pyo~]
- Sasori POV [ON]
“sudah naik?” tanya ku padanya
“sudah! Pyo~” nadanya sangat bersemangat, tak heran memang, ia kan
dikurung selama 7 bulan, tentu ia bersemangat untuk sekarang. Aku senang
ia bisa tersenyum lagi, lebihnya tertawa. karena aku.
Kurasakan pelukannya erat sekali kepalanya pun ia sandarkan pada
punggung ku, pelukan erat namun lembut. Aku tak pernah merasakan di
peluk seseorang sebelumnya. Ya, bukankah orangtua ku meninggal?.
Pertama ayahku, itu pun aku belum lahir, dan kedua Ibuku, ia meninggal
ketika aku lahir. Ah, sudah lah! Aku benci mengingatnya. Yang penting,
sekarang aku dapat merasakan pelukan seseorang untukku, entah yang suka
padaku atau bukan, yang penting ini pelukan yang tak akan ku lupakan.
Walau aku tak membalasnya. Tapi nanti lain kali akan ku balas pelukan
hangat ini.
Aku mulai mengayuh sepeda yang disewakan. Kami berdua mengitari taman
dengan sepeda itu. sejak tadi ia tak melepas pelukannya, tangannya
setia melingkar begitu juga kepalanya masih bersandar. Aku tak tau ada
apa dengannya, tapi nafasnya masih dapat kurasakan.
Sebenarnya tersirat di hati ku rasa suka pada Deidara, tapi apa dia jua
suka pada ku? Yang notebane juga seorang cowok? Yang pasti dia akan
ilfil pada ku, Nanti ia malah menjauhi ku dan aku tak bisa bersamanya
lagi, sebaiknya disimpan saja. Sampai pada waktunya. [kapan coba?]
- Sasori POV [OFF]
- Deidara POV [ON]
Hupp! Aku menduduki jok bagian belakangnya. Lalu ia bertanya pada ku
“sudah naik?”
Tentu ku jawab “sudah!, pyo~” aku sangat semangat. Yah. terkurung di
rumah sakit adalah pengalaman terburukku. Rasanya aku tak ingin kembali
lagi kesana. Saat bersamanya pun aku sering tertawa, tersenyum,
bertengkar, bahkan tersipu. karena dia. Pyo~
Lalu tujuanku, untuk memeluknya pun ku luncurkan. Aku langsung
memeluknya dengan erat, juga aku menyandarkan kepalaku ke punggungnya.
Pyo~
‘hangat, pyo~’ batin ku menikmati pelukan ini. Aku tak pernah memeluk
seorang ayah, setidaknya dengan memeluk Sasori bisa membuat ku tahu,
bagaimana rasanya memeluk seorang ayah. Pyo~
Meski aku tahu ia masih berumur 15 tahun, sama seperti ku. Aku
menganggapnya seperti seorang ayah untuk ku, bahkan aku bermimpi ia
adalah suami ku? Bodoh kan? Ia kalau Sasori no danna mau dengan ku yang
juga seorang lelaki. Nanti ia malah menjauhi ku dan aku tak bisa
bersamanya lagi, sebaiknya disimpan saja. Sampai pada waktunya Pyo~
[kapan coba?]
Ia mulai mengayuh, pelukan ku semakin erat, wajah ku pun ku benamkan di
punggungnya. Aroma yang maskulin, aku suka bau badannya, tak seperti ku
menikung agak ke cewek kan. Ini karena Okaa-chan yang mengajari ku. Pyo~
Sepanjang perjalanan, nampaknya ia juga tidak mau bicara, jadi apa yang
ku lakukan? Aku asyik membenamkan wajah ku sambil berkhayal, andai aku
bisa hidup kekal bersama orang ini. Tak lupa juga dengan Okaa-chan ku.
Yah, perasaan ku pada Sasori ini… ia kalau ia mau hidup kekal bersama
ku? Ah, aku ini, pyo~
- Deidara POV [OFF]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Popular Posts
-
MID SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X 90 MENIT A. Pilihlah Jawaban Yang Paling Benar! 1. Aturan-aturan rumah tangga untu...
-
Spektrum Gelombang Elektromagnetik Diposkan oleh Asaz di 6:25 AM Spektrum adalah sebuah kata lain yang berarti “hantu” ...
-
Fungsi dan Kegunaan Gelombang Elektromagnetik Kegunaan Gelombang Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang ya...
-
sekolah ku smp 1 girsang sipangan bolon saya senang sekolah di sana karna saya selalu suka pepohonan dan ke hijauan karna ubolondara yan...
-
Pengertian elektromagnetik Elektromagnet merupakan sejenis magnet yang dibuat dengan cara melilitkan kawat pada suatu logam konduktor ...
-
Cerita Lucu - Dalam Hidup didunia ini pastilah kita membutuhkan sebuah hiburan untuk mengendurkan semua peregangan sel sel otak yang sud...
-
lingkungan sekolah sangat hijau o tetapi ada orang yg jahil "like my friend tb" dia selalu menyuruh saya untuk melakukan apa yg...
-
Radiasi elektromagnetik adalah kombinasi medan listrik dan medan magnet yang berosilasi dan merambat lewat ruang dan membawa energi dar...
0 komentar:
Posting Komentar